Pages

Monday, 31 January 2011

Sunnah : Salam


بسم الله الرحمن الرحيم

The Prophet (pbuh) told us that when entering one’s own house, one should make salam to ones family; this will be a source of blessings for the person and his family. [Tirmidhi]

As we all know, charity starts at home. We have been through the sunnah of saying salaam to everyone, but we should not neglect our own families. Let us have a better disposition by greeting them with the greeting of Islam when we enter our homes, and have it be a source of blessings for us inshAllah.

Saturday, 29 January 2011

To the sisters ;)




CLICK ON THE IMAGE ABOVE TO GO TO THE LINK =D

Benefits of ayatul kursi

Ali (ra) narrates,“I cannot understand how a person, who is a Muslim, and owner of reason (intellect) can spend the night without reading Ayatul Kursi. If you knew the benefits of it, then you will never discard it under any condition”.
  • The Prophet(SAW) said: “Whoever recites the first 4 ayats of Suratul-Baqarah, then Ayatul Kursi & then the last 3 ayats of Suratul-Baqarah, will not be inflicted with any kind of difficulty in his wealth or himself, Satan will not come near him and he will not forget the Qur’an”
  • One who recites Ayatul Kursi every morning will be in the protection, safety of Allah until the night.
  • If one ties this to ones wealth or children, they will be safe from Sata.
  • For those of our dear ones who have passed away, recitation of Ayatul Kursi and giving it as Hadiya to them, gives them light (noor) in the grave.
  • Frequent recitation makes ones own death easy.
  • The Holy Prophet has said: If one recites Ayatul Kursi before going to sleep, Allah will send an Angel to come and look after you and protect.

Taking your iman to new heights

At any given point, our individual Iman (faith) is either going up or down, depending on what we ourselves are doing (or not doing).  We express this phenomenon often in our conversations: “I’m having an Iman low” or, hopefully, “I’m having an Iman rush.”  As a rule, Iman is anything but static. Indeed the heart turns all the time, and we ask Allah, the turner of hearts, to fix our hearts upon His path.

But what is the relationship between hijab and Iman?  Oftentimes, we delay a certain deed, such as wearing hijab, waiting for a time when our Iman is “higher” so that the deed will become either easier to do or more noble in nature.  Should we really wait until we build our Iman higher so that hijab can become easier?  Should we really work on what’s inside first?  Isn’t what’s “inside” more important? Although our interior, our hearts and intentions, are vital, postponing doing a good deed until our Iman is higher is more of an excuse than a good idea.  Why?

For one thing, we can never be sure of how high our Iman is, or how high it will be tomorrow.  The reality is that we may die before we ever reach our high-Iman goal, and in that case, we suffer a great loss by having curbed our chances for performing good deeds such as wearing hijab.
As another point, consider these ayat from the Qur’an:
[5] As for he who gives and fears Allah
[6] And believes in the best [reward],
[7] We will smooth his way towards ease.
(92:5-7)
Therefore, the more good deeds we do, the easier it will become to do additional good deeds.  Remembering to pray your Sunnahs, reading more Qur’an, or getting involved in your community are all related – any one may lead to the other. They work by an indirect effect. They raise Iman, and when our Iman starts to go up, we feel empowered to do more, and then our Iman goes up even higher. So why not work on those other deeds first, and then hijab will come along when we are “strong enough”? Because what many people may not realize is that hijab itself can be one of those factors.  It can easily be the action paving the way for many other obligations and sunnahs!  It may bring you that “Iman-high” you are looking for.  Wearing the hijab, or struggling in the path of Allah in any way, serves as a sort of boost for our Iman and takes it higher.

By all means, find ways to build your Iman.  But don’t delay in its favor. If you are already wearing hijab and feeling weak about continuing with it, this is when this strategy of doing other good deeds becomes really useful.  More often than not, that weakness is a sign of your Iman’s weakness, so engage yourself in as many actions beloved to Allah as you can.

Finally, I ask that Allah aids us all so that our Iman can always go up, up, UP!

taken from: http://www.igotitcovered.org/2011/01/20/what-goes-up-must-go-up/

Thursday, 27 January 2011

Sungai Lima Waktu

Setiap kali kemelut hidup menyelimut bagai kabut
Setiap kali dosa kotor melumuri jiwa
Setiap kali hawa membuatku lupa
Setiap kali mata hati buta karena semua
Setiap kali semua membuatku, lengah .. lemah .. goyah  dan terpedaya
Seruan-Mu menyadarkan aku
Panggilan-Mu mengingatkan aku
Sayup terdengar, menyeruak dan menghentak kepongahan dunia
Membawa kepada sungai-sungai suci
Hapus dosamu
Kikis dakimu
Basuh lukamu
Buka belenggu nafsu
Tenggelam dalam sungai lima waktu
Bermandikan cahaya menerangi jiwa
Disini, disungai ini dalam telaga ini
Kuraih kesejukan, kedamaian, ketentraman, ketenangan
Dan kemenangan.

Abuz Zubeir Hawaary
Source: Internet

;D

10 trick syaitan, awas!

بسم الله الرحمن الرحيم



ALLAH SWT berfirman yang bermaksud: "Syaitan memberikan janji yang membangkitkan angan-angan kosong kepada mereka. Walhal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka kecuali tipu daya belaka. Tempat mereka itu ialah di neraka jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat untuk lari daripadanya.'' (QS An-Nisa': 120~121)

Keterbukaan manusia mengundang kehadiran syaitan ke dalam diri masing-masing, sebenarnya ada kaitannya dengan sifat mazmumah yang diamalkan dalam kehidupan seharian. Melalui pelbagai jenis sifat mazmumah itulah, sama ada kita sedar atau tidak, kita sebenarnya telah menyediakan ruang kepada syaitan untuk menapak dalam diri kita. Apabila syaitan sudah merajai diri seseorang, individu itu akan sanggup melakukan apa jua perbuatan keji dan mungkar kerana keinginan nafsu akan menjadi sebati dengan sifat jahat syaitan itu sendiri.

Hati, suatu organ istimewa kurniaan Allah SWT kepada manusia, pada saat dan waktu itu juga akan mula goyah apabila sedikit demi sedikit syaitan laknatullah mula merayap untuk menguasai tunjang di dalam badan manusia tersebut. Berlumba-lumbalah nanti para syaitan untuk memenangi dan menguasai hati manusia. Mereka akan sedaya upaya menawan hati tersebut dan memujuk nurani manusia secara berterusan untuk melanggar segala perintah Allah. Beruntunglah golongan manusia yang berupaya menangkis godaan tersebut. Mengikut para ulama, syaitan akan menguasai tubuh badan manusia melalui sepuluh pintu (10 sifat mazmumah):

1. BANYAK MAKAN
Makan dan minum yang berlebihan mengakibatkan seseorang itu malas, lemah badannya serta banyak tidur. Ini menyebabkan seseorang itu lalai daripada menjalankan ibadah serta zikrullah. Firman Allah SWT: "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS Al-A'raf:31)

2. BANYAK BERCAKAP
Apabila seseorang itu banyak bercakap maka banyaklah salahnya. Banyak salahnya maka banyaklah dosanya. Dalam hal ini, Rasulullah SAW telah bersabda: "Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia berbuat baik kepada jiran tetangganya. Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia memuliakan para tetamunya. Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia bercakap hanya perkara yang baik atau diam." (HR Imam Muslim)

3. PEMARAH
Sifat pemarah yang dimaksudkan ialah kemarahan yang bukan pada tempatnya dan tanpa sebab yang munasabah. Sifat pemarah itu berasal daripada sifat sombong (ego). Lagi besar ego seseorang lagi besar marahnya. Ini berkaitan pula dengan kedudukan seseorang. Kalau tinggi kedudukan seseorang, besar pangkatnya, banyak hartanya, ramai pengikutnya, maka akan tinggilah ego seseorang dan akan menjadi-jadilah pemarahnya. Sebaliknya jikalau kurang segalanya, maka akan kuranglah egonya dan akan kurang jugalah pemarahnya. Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a. katanya: "Saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, apakah yang dapat menjauhkan diri saya daripada kemurkaan Allah Azza wa Jalla? Baginda menjawab: "Janganlah kamu marah." (HR Imam Ahmad dan Ibnu Hibban).

4. HASAD
Orang yang memiliki sifat hasad sentiasa menginginkan agar nikmat yang diperolehi oleh orang lain berpindah kepadanya dan selalu berdukacita apabila orang lain mendapat kesenangan atau kurnia. Perasaan hasad dengki selalunya akan diikuti dengan rasa benci dan dendam yang berpanjangan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda: "Hindarilah kamu daripada sifat hasad kerana ia akan memakan amalan kamu sebagaimana api memakan kayu yang kering." (HR Bukhari dan Muslim).

5. BAKHIL
Orang yang memiliki sifat ini bakhil untuk membelanjakan hartanya ke jalan Allah SWT dan untuk agamaNya. Setiap harta benda dan kemewahan yang diperolehi adalah kurniaan Allah SWT semata-mata yang seharusnya dibelanjakan pada jalan yang hak. Kelebihan yang dikurniakan oleh Allah SWT sepatutnya digunakan untuk membantu kesempitan hidup orang yang memerlukan, sama ada melalui kewajipan berzakat atau bersedekah. Firman Allah SWT: "Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari kurniaNya menyangka, bahawa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya pada hari kiamat. Allah yang mempusakai langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Ali-Imran: 180) Dalam hal ini, Rasulullah SAW juga pernah bersabda: "Seburuk-buruk sifat yang ada kepada seseorang adalah bakhil dan penakut." (HR Abu Daud)

6. HUBBUL-JAH (CINTAKAN KEMEGAHAN)
Orang yang memiliki sifat ini amat kasihkan kemegahan, kebesaran dan pangkat. Ini boleh mengakibatkan pekerjaan seseorang itu tidak ikhlas dan mengakibatkan pergaduhan kerana perebutan mengejar pangkat dan kedudukan. Dalam hal ini Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tidaklah serigala yang buas itu jika dilepaskan di kandang kambing lebih berbahaya daripada seorang cintakan pangkat, harta dan kemegahan pada keadaan agama seorang Muslim.” (HR At-Tirmidzi dan An-Nasa’i)

7. HUBBUD-DUNYA (CINTAKAN DUNIA)
Orang yang memiliki sifat ini gemarkan kesenangan dan kemewahan hidup, kesenangan duniawi yang menjadikannya lupa daripada mengerjakan kewajipan kepada Allah SWT. Orang seperti ini tidak menyedari bahawa maut sentiasa menghampirinya setiap masa. Daripada Tsauban r.a., beliau berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa dan seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka". Maka salah seorang sahabat bertanya: "Apakah dari kerana kami sedikit pada hari itu?" Nabi SAW menjawab: "Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir, dan Allah akan mencabut rasa gerun terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit 'wahan'". Seorang sahabat bertanya: "Apakah 'wahan' itu, hai Rasulullah?" Nabi SAW menjawab: "Cinta pada dunia dan takut pada mati." (HR Abu Daud)

8. TAKABBUR
Orang yang takabbur sentiasa memandang dirinya lebih mahir dan memandang bahawa orang lain lebih rendah serta hina darinya. Dia merasakan pendapatnya sahaja yang betul. Sifat ini selalunya bertapak dalam diri seseorang manusia yang merasakan dia sudah memiliki segala-galanya dalam hidup ini. Mereka terlupa bahawa kesenangan dan kenikmatan yang dikurniakan itu boleh ditarik oleh Allah pada bila-bila masa saja. Allah SWT berfirman: "Sebenarnya Allah mengetahui apa yang mereka rahsiakan dan apa yang mereka terangkan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang takabbur.'' (QS An-Nahl:23)

9. BANGGA DIRI (UJUB)
Orang yang memiliki sifat ini mengakui atau timbul dalam hatinya bahawa dialah orang yang paling sempurna seperti ibadahnya, pelajarannya, akhlaknya, kecantikannya dan lain-lain. Firman Allah SWT: “Jangan kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS Al-Qashash:76) Sebenarnya perasaan bangga dan kagum terhadap diri sendiri adalah sifat Iblis laknatullah yang memandang rendah terhadap Nabi Adam AS kerana dijadikan daripada tanah sedangkan dirinya daripada api. Firman Allah bermaksud: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan tanganKu. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang (yang) lebih tinggi?" Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, kerana Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS Shad: 75~76).

10. RIAK
Orang yang memiliki sifat riak suka memperlihatkan atau menunjukkan amalannya kepada orang lain yakni tidak ikhlas kerana Allah SWT semata-mata. Natijahnya, segala amalannya hanya akan menjadi sia-sia saja. Riak ialah penyakit hati yang paling ditakuti Rasulullah SAW menimpa umatnya kerana ia boleh berlaku dalam berbagai keadaan, termasuklah ketika menunaikan ibadah yang sepatutnya dilakukan dengan ikhlas. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya yang paling ditakutkan daripada apa yang aku takutkan menimpa kalian adalah 'asy syirkul ashghar'(syirik kecil)." Sahabat bertanya: “Apakah dimaksudkan syirik kecil itu?" Baginda menjawab: "Riak.” (HR Imam Ahmad)

Semoga kita semua dihindari daripada sifat-sifat di atas. Wallahua'lam.

Tuesday, 25 January 2011

'Why I chose Islam?' by Yusha Evans (from USA)


Time
Thursday, February 3 · 6:00pm - 9:00pm

LocationH0.51 (Humanities ground floor).





Born and brought up in Greenville, South Carolina, Yusha Evans converted to Islam after searching many other religions and philosophies. In his words, "I started searching other religions– every kind of “ism” that’s out there – and none of them seemed to have a clear truth. 

One day I found myself talking with a young Muslim who invited me to jummah, the Friday service and congregational prayer. When I saw the Muslims praying, bowing and prostrating with their heads on the floor, all the verses of the scriptures describing the prayer of the prophets came flooding back to me. I asked for a copy of the Quran, read it from cover to cover in three days, found my tangible proof, and the rest (as they say) is history."

Yusha currently works as a full time caller to Islam and has travelled extensively conducting dawah workshops and calling people to Islam. He has studied under numerous teachers in the U.S and Egypt. 



come yes?

Monday, 24 January 2011

Sunnah: When yawning


بسم الله الرحمن الرحيم
The Prophet (pbuh) said: “Should one of you yawn, let him place his hand over his mouth and avoid a yawner’s howl. Even Satan derides the howling yawner” [Ibn Majah]

Komik : Student Life =D




You are what you click!


Have you ever considered that what you click while surfing the Internet has a lot to say about who you are as a person?
One of my favorite things to do when I have a free moment is to read blogs, specifically blogs written by Muslim brothers and sisters. It is always interesting to see what is important enough for them to blog about. Beyond the usual musings my Muslim siblings have (personal lives, politics, fiqh issues and the list goes on), my favorite type of blog entry is the kind that takes something from the Qur’an and/or Sunnah, reflects upon it, and discusses how it made them change.
I read such an entry not many moments ago and I sat back admiring the Internet. Admiring all the good the Internet has to offer. Then, just as that thought nestled into my mind, I quickly realized that just as it has a fountain of good to offer, there is also a wealth of bad to be found.
It has the capability to steer your heart in two very different and opposing directions. It can be foster the good in you, or it can kindle the bad in you. The Prophet Muhammad (peace and blessings of Allah be upon him) said:
“In the body there is a piece of flesh which, if it is sound, the entire body will be sound, and if it is corrupt, the entire body will be corrupt. It is the heart.” (Al-Bukhari, 52; Muslim, 1599).
I find that there is a similitude here. Think about it – what we expose ourselves to on a frequent basis, often has a way of finding a place for itself in our hearts. Now what is something that we all utilize on a daily basis that transmits images, sounds and concepts to us?
The Internet.
Since we spend a significant amount of time browsing the Internet, it is safe to say that it is responsible for the majority of the images we see, the sounds we hear and the concepts we are exposed to.
We can’t choose what is going on in the societies we inhabit, but we definitely can make the choice about what we choose to surround ourselves with, especially when we’re meandering around on the Internet.
What we choose to browse on the Internet can often have an adverse effect on the direction our hearts will take. If we’re looking at images that we know we shouldn’t be looking at, our hearts will take a turn for the worst. If we’re listening to things we know we shouldn’t be listening to, our hearts could very well be inclined to the negative. If we’re watching things that waste our time and fills our minds with nonsense, then we should expect our hearts to be filled with nonsense and inclined to do things that waste our time. If we click something that will cause corruption in us, then do not be surprised to find that your heart has followed suit.
I believe Shaykh Muhammad Alshareef said it best when he said, “You are what you click.”

This begs us to ask ourselves, what have we been clicking?

Friday, 21 January 2011

Hidup yang lalai?




“Tidaklah dunia ini kalau dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti sesuatu yang seseorang di antara engkau semua menjadikan jarinya masuk dalam air lautan, maka lihatlah berapa banyak air yang melekat di jarinya itu. Jadi dunia itu sangat kecil nilainya dan hanya seperti air yang melekat di jari tadi banyaknya.” (Riwayat Muslim)
Perbezaan penting lainnya antara dunia dan akhirat adalah bahwa kehidupan dunia itu merupakan mukadimah bagi kehidupan akhirat, sebagai sarana untuk memperoleh kebahagiaan abadi. Kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang sesungguhnya. Kerana kehidupan dunia, meskipun nikmat-nikmat material dan maknawinya itu dituntut oleh manusia, namun melihat kenyataan bahwa kehidupan dunia itu hanyalah tempat ujian dan jalan untuk meraih kesempurnaan hakiki dan kebahagiaan abadi, kehidupan dunia itu bukanlah yang sejati. Yang sejati adalah bahwa manusia itu menyiapkan bekal untuk kehidupannya di akhirat kelak.
“Dia lah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) – untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Ia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat) “ (Al-Mulk;2)
Maka itu, siapa yang melupakan kehidupan akhirat dan pandangannya hanya terfokus kepada kelazatan dunia, serta ia menganggap bahwa kelazatan dunia itu merupakan tujuan terakhirnya, berarti ia belum mengetahui nilai akhirat secara baik. Bahkan ia menduga bahwa dunia itu mempunyai nilai sendiri, karena ia menempatkan sarana sebagai tujuan. Sebenarnya usaha dan penilaiannya itu adalah sia-sia dan penipuan atas diri sendiri. Oleh karena itu, Al-Qur’an menganggap kehidupan dunia ini sebagai permainan, sia-sia dan tipu daya, serta mengangkat akhirat sebagai kehidupan yang hakiki dan sejati.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa hinanya dunia sedemikian itu dalam kaitannya dengan pandangan para pecinta dunia dan orang-orang yang senantiasa hidup dalam kesenangan dunia. Pada dasarnya, kehidupan dunia ini bagi orang-orang yang saleh yang telah mengenal hakikatnya dan memandang dunia ini hanyalah sarana, senantiasa dioptimalkan untuk kebahagiaan mereka yang abadi. Maka, dunia bagi orang-orang seperti ini tidaklah hina dan tercela, malah sebagai sarana yang bernilai besar bagi mereka.

Sami Yusuf - No word is worthy



Mind you, there are some rangkap in malay! =D

SELAMAT MENGHAYATI LIRIKNYA =D

Thursday, 20 January 2011

Kelebihan dan Kerugian Hari Jumaat

بسم الله الرحمن الرحيم



Matlamat hidup manusia adalah untuk mencari kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kebahagiaan itu pula akan dijamin datang apabila manusia mahu melaksanakan perintah dan suruhan Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Antara perintah dan suruhan Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang wajib ditunaikan ialah sembahyang. Hal ini dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam firmanNya yang tafsirnya :

“Sesungguhnya berjayalah orang-orang yang beriman, iaitu mereka yang khusyu‘ dalam sembahyangnya; Dan mereka yang mejauhkan diri daripada perbuatan dan perkataan yang sia-sia”.
(Surah Al-Mukminun: 1-3)
Berdasarkan ayat di atas, jelaslah kepada kita bahawa kebahagiaan dan kemenangan hidup itu hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang beriman, orang-orang yang menjaga sembahyangnya dan orang-orang yang menjauhkan dirinya daripada perbuatan sia-sia.

Sembahyang merupakan salah satu daripada rukun Islam dan merupakan suatu ibadat yang sangat penting dalam Islam. Malah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskannya dalam sabda Baginda yang maksudnya :

“Mahukah kamu Aku memberitahukan bahawa dasar (punca) segala urusan, tiangnya dan puncaknya? Aku menjawab: “Ya! Wahai Rasulullah”, lalu Baginda bersabda: “Dasar (punca) segala urusan adalah Islam (dua kalimah shahadat) dan tiangnya ialah sembahyang dan puncaknya ialah jihad”.
(Hadis riwayat Al-Tirmizi)
Dengan demikian sembahyang merupakan suatu suruhan yang wajib ditunaikan oleh setiap orang Islam. Orang yang menunaikan sembahyang ini akan diberi ganjaran pahala kerana mematuhi suruhan Allah Subhanhu wa Ta‘ala. Hidupnya sentiasa mendapat nikmat dan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta‘ala dan di akhirat nanti akan dimasukkan ke dalam syurga bersama-sama dengan orang-orang soleh.

KEWAJIPAN SEMBAHYANG JUMAAT

Sembahyang Jum‘at adalah salah satu diantara kewajipan yang termaklum berdasarkan al-Qur‘an dan Al-Sunnah, orang-orang yang mengingkarinya dihukumkan kufur.

Al-Qur‘an menjelaskan mengenai kewajipan sembahyang Jum‘at, Allah Subhanhu wa Ta‘ala berfirman yang tafsirnya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diserukan azan (bang) untuk mengerjakan sembahyang pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu pergi (ke masjid) untuk mengingati Allah (dengan mengerjakan sembahyangJum‘at) dan tinggalkanlah berjual beli (pada saat itu); yang demikian adalah lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui (hakikat yang sebenarnya)”.
(Surah Al-Jum‘at: 9)
Berdasarkan ayat ini dan ayat-ayat berikutnya, Allah Subahanhu wa Ta‘ala memerintahkan umat Islam bersegera ke tempat sembahyang Jum‘at (masjid) sebaik-baik sahaja mendengar seruan azan serta meninggalkan kerja masing-masing seperti berjual beli dan kerja-kerja lain, untuk pergi ke masjid mendengar khutbah dan mengerjakan sembahyang Jum‘at. Setelah selesai sembahyang, mereka digalakkan meneruskan usahanya mencari rezeki sambil banyak mengingati Allah dalam segala keadaan. Mereka yang mematuhi ajaran Allah yang demikian itu akan beroleh kejayaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga mejelaskan mengenai kewajipan sembahyang Jum‘at tersebut berdasarkan sabda Baginda yang maksudnya :

“Sembahyang Jum‘at adalah hak yang wajib ke atas setiap orang Islam dengan (mengadakannya) secara berjemaah kecuali empat iaitu seorang hamba, perempuan, kanak-kanak dan orang sakit”.
(Hadis riwayat Abu Daud dan Al-Hakim)
Oleh itu, Allah Subhanahu wa Ta‘ala menetapkan hari Jum‘at sebagai hari besar mingguan bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam serta memerintahkan mengadakan satu sembahyang yang khas menandakan kebesaran hari Jum‘at, bagi menggantikan sembahyang Zuhur.

KELEBIHAN HARI JUMAAT
Di antara kebesaran dan kelebihan hari Jum‘at itu ialah penghulu segala hari. Pada hari Jum‘at telah dijadikan bapa segala manusia iaitu Adam ‘alaihissalam. Pada hari itu juga diberikan satu saat di mana segala doa dan permintaan akan dikabulkan kecuali perkara-perkara yang maksiat sebagaimana Rasulullah bersabda yang maksudnya :

“Sesungguhnya hari Jum‘at adalah penghulu segala hari dan hari yang paling besar di sis Allah Subhanhu wa Ta ‘ala iaitu hari yang lebih besar daripada hari raya Adha dan hari raya Fitrah, pada hari Jum‘at itu terdapat lima kejadian iaitu hari yang dijadikan Adam ‘alaihissalam dan Baginda di turunkan daripada syurga ke muka bumi, dan pada hari itu juga wafatnya Adam ‘alaihissalam, dan Allah mengurniakan satu saat di mana doa-doa dikabulkan kecuali doa-doa maksiat, dan hari Jum‘at juga akan terjadinya hari Kiamat”.
(Hadis riwayat Ibnu Majah)
Hari Jum‘at juga adalah hari pengampunan daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala kepada umat Islam baik yang masih hidup mahupun yang telah meninggal dunia. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan kelebihan orang yang berwudhu di rumahnya kemudian pergi ke masjid untuk menunaikan sembahyang Jum‘at dalam sabda Baginda yang maksudnya :
“Sesiapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian dia (pergi ke masjid) untuk menunaikan Jum‘at, lalu mendengar dan tidak bercakap (ketika khutbah dibacakan), maka diampuni dosa-dosanya yang ada di antara hari Jum‘at itu dan hari Jum‘at berikutnya dan ditambah tiga hari lagi. Dan sesiapa yang bermain-main dengan anak-anak batu (ketika khutbah) telah berbuat sia-sia”.
(Hadis riwayat Muslim)


Orang-orang yang meninggal dunia pada hari Jum‘at juga akan mendapat rahmat dan aman daripada segala azab kubur, perkara ini telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya:


“Sesiapa yang meninggal pada hari Jum‘at atau malam Jum‘at, dia akan dicop dengan cop iman dan terpelihara daripada siksa kubur”


(Hadis riwayat Al-Baihaqi)


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengkhabarkan bahawa ganjaran pahala yang besar kepada orang-orang yang pergi berjemaah ke masjid termasuk untuk menunaikan sembahyang Jum‘at, sabda Baginda yang maksudnya :


“Apabila seseorang berwudhu lalu dia memperelokkan wudhunya kemudian dia keluar (pergi) ke masjid, dia tidak keluar kecuali untuk menunaikan sembahyang, tidak dia melangkah satu langkah kecuali ditinggikan satu darjat baginya dan dihapuskan baginya satu kesalahan, apabila dia bersembahyang Malaikat sentimemohonkan rahmat ke atasnya selama mana dia masih di tempat sembahyang dan belum berhadas, Malaikat memohonkan: “Wahai Allah berilah rahmat ke atasnya, wahai Allah sayangilah dia!”


(Hadis riwayat Al-Bukhari)


Dalam hadis ini mengandungi beberapa perkara yang penting. Pertama ganjaran pahala yang besar akan diperolehi oleh orang-orang yang pergi berjemaah di masjid dengan sedia berwudhu lalu pergi ke masjid untuk bersembahyang. Maka setiap langkahnya akan dikira sebagai penghapus dosa-dosanya dan menaikkan darjatnya. Para Malaikat juga sentiasa memohonkan keampunan dan rahmat kepada orang-orang sedemikian. Kedua, orang yang berwudhu di rumah itu menggambarkan bahawa mereka sentiasa menjaga ketepatan waktu sembahyang kerana telah bersedia lebih awal lagi.


Oleh yang demikian hari Jum‘at adalah hari yang mengandungi banyak kelebihan dan kebesaran yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala kepada umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.


HADIR JUMAAT LEBIH AWAL


Sesungguhnya kita dituntut agar menepati waktu sembahyang dan dilarang melengahkannya. Ini kerana bukan sahaja menepati waktu sembahyang itu merupakan tuntutan agama malahan orang yang menepati waktu sembahyang itu akan mendapat ganjaran yang besar. Hal ini disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya :


“Orang-orang yang bersembahyang pada waktunya dan menyempurnakan wudhunya, menyempurnakan (tegak) berdirinya, menyempurnakan khusyu‘nya, ruku‘nya dan sujudnya, maka sembahyang itupun naik (ke langit) dalam keadaan putih dan cemerlang. Sembahyang itupun berkata: “Semoga Allah menjaga dirimu sebagaimana engkau menjaga aku (memperelokkan kelakuan sembahyang itu)”. Tetapi sesiapa yang bersembahyang tidak dalam waktunya yang ditentukan dan tidak pula memperelokkan wudhunya, khusyu‘nya, ruku‘nya dan sujudnya, maka sembahyang itupun naik (ke langit) dalam keadaan hitam legam sambil berkata: “Semoga Allah mensia-siakan dirimu sebagaimana engkau mensia-siakan aku”. Sehinggakan setelah sembahyang itu berada di suatu tempat sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, lalu iapun dilipatkan sebagaimana dilipatnya baju yang koyak-koyak kemudian dipukulkanlah ke mukanya”.


(Hadis riwayat Al-Thabarani)


Ulama Syafe‘i juga sepakat mengatakan bahawa sunat (mustahab) menghadirkan diri lebih awal ke masjid pada hari Jum‘at. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang kelebihan orang-orang yang menghadirkan diri lebih awal ke masjid pada hari Jum‘at, Baginda bersabda yang maksudnya :


“Apabila datang hari Jum‘at, maka setiap pintu masjid ada Malaikat yang mencatat orang-orang yang masuk mengikut urutannya. Apabila imam telah duduk (di atas mimbar), para Malaikat menutup buku catatan mereka dan datang untuk mendengarkan zikir (khutbah). Perumpamaan orang yang hadir ke masjid lebih awal adalah bagaikan orang yang menyembelih hadyi (korban) seekor unta, kemudian seperti menyembelih seekor sapi, kemudian seperti menyembelih seekor kambing, kemudian seperti menyembelih seekor ayam, kemudian seperti orang yang memberikan sedekah sebiji telur”.


(Hadis riwayat Muslim)


Berdasarkan hadis-hadis di atas jelas kepada kita bahawa orang yang meghadirkan diri ke masjid lebih awal pada hari Jum‘at adalah sangat dituntut dan mempunyai ganjaran dan balasan yang besar. Sembahyang tepat pada waktunya juga dianggap sebagai memelihara sembahyang kerana jika dilenggahkan waktu sembahyang tersebut, kemungkinan akan tertinggal atau terlepas waktu yang ditentukan itu.


Malah Allah Subhanahu wa Ta‘ala juga telah menjelaskan bahawa antara sifat-sifat orang yang mendapat kebahagiaan itu ialah orang-orang yang tetap mengerjakan sembahyang pada waktunya dengan cara yang sempurna. FirmanNya yang tafsirnya :


“Dan mereka yang tetap memelihara sembahyangnya”


(Surah Al-Mukminun: 9)


Kesimpulannya, sembahyang dengan khusyu‘ dan tawadhu‘ serta menjaga dan memelihara waktu adalah satu kewajipan. Maka adalah disunatkan kepada orang yang wajib atasnya sembahyang Jum‘àt supaya menghadirkan diri lebih awal ke masjid bagi mengelak daripada terlepas pahala atau fadilat datang awal ke masjid seperti mana maksud hadis di atas.


Lambat hadir yang mendatangkan kerugian itu termasuklah hadir setelah imam naik ke atas mimbar untuk membaca khutbah. Hal ini telah diceritakan dalam hadis di atas yang menyebutkan yang maksudnya :


“Apabila imam telah duduk (di atas mimbar) para Malaikat menutup buku catatan mereka dan datang untuk mendengarkan zikir (khutbah)”.


Ini bererti para Malaikat yang khusus bertugas mencatat kelebihan hadir awal ke masjid pada hari Jum‘at itu menghentikan catatannya kerana hendak sama-sama mendengar khutbah. Orang yang sedemikian hanya akan tersenarai dalam orang-orang yang hadir Jum‘at sahaja, tetapi tidak tersenarai dari orang-orang yang mendapat kelebihan yang seolah-olah berkorban seekor unta atau sapi seperti yang disebut dalam hadis di atas.


Dari itu sayugialah kita datang awal ke masjid pada hari Jum‘at itu dan ketika dalam perjalanan menuju ke Masjid hendaklah dengan khusyu‘ dan merendah diri. Apabila sampai di masjid jangan lupa berniat iktikaf ketika hendak masuk ke masjid. Dengan datang awal itu juga kita berkesempatan melakukan perkara-perkara sunat yang lain seperti sembahyang sunat Tahiyyat al-Masjid, membaca Al-Qur‘an, beristighfar, berzikir dan berdoa, kerana pada hari Jum‘at itu mempunyai kelebihan dan kebesaran yang banyak dan ganjaran yang berlipat ganda.

Azan- not just a call to prayer...





Just the thought of azan make us feel comforted. But how deep our feeling towards azan is? Reflect.

Productive Muslim: A life of actions!

Wednesday, 19 January 2011

Seperti makan daging saudara sendiri!

Dalam hidup seharian, kita takkan lari dari terlibat dari aktiviti mulut ini..


Mengumpat bukan sahaja sinonim dikalangan perempuan.. dikalangan lelaki pun apa kurangnya?




Maaf kaum lelaki, inilah kebenaran.


Tapi cuba kita renungkan bersama.. Kalau kita mampu elakkan diri dari mengumpat, tapi mendengar umpatan orang pula lebih kurang sama dosa dengan mengumpat...


Makna mengumpat tu seperti umumnya yang kita tahu.. bila kita mengata tentang sesuatu yang buruk .. dibelakang hamba Allah tu.


Dan bila dia tahu dia tentu marah atau kecil hati.. Dah nama pun mengumpat,tentu la berkongsi sesuatu yang tak baik kan?


Kadang-kadang kita tak nak terlibat dalam aktiviti senaman mulut kurang sihat ni, tapi cerita.. orang kata kalau tak mengumpat ni macam masakan tiada rasa..macam garam dan gula pula.. tapi kita sedar tak, perencah ni memang mahal dan terlaris sebab nak mengumpat ni dosa besar.


Dalam Islam,mengumpat ni seperti makan daging saudara seislam sendiri. MasyaAllah, sampai begitu sekali perumpamaan aktiviti senaman mulut ni!


Walaubagaimanapun pun, kita adalah hambaNya yang lemah. Itulah pentingnya kita saling ingat mengingatkan, bukan nak buruk-memburukkan.


Kalau keburukan diri dapat diterima dan cuba dikikis sebaiknya, siapakah kita untuk menilai keburukan orang lain?


Fokus kembali pada tips-tips nak elakkan mengumpat/sesi mengata ni..


01.Bila berkumpul dengan kawan-kawan..


dan bila rakan dah mula filem umpat dengan watak yang bertambah-tambah dan siap letakkan jiwa dan emosi lagi.


Masa tu, kalau dah bersama, mesti susah nak elak dari bubuh skrip tambahan.


Dinasihatkan masa ni la kita banyak-banyak Ingat Allah.


Sedar yang kita ni pun sama taraf dengan orang yang diumpat tu iaitu Hamba Allah.


Masing-masing ada kekurangan. Cepat-cepat istighfar, sambil tu tegurlah kawan sama.. Kalau tak dapat juga, sebaiknya kita pergi dari situasi ni.


02.Bila yang nak jadi moderator 'umpat2' tu kawan baik kita sendiri..


Apa kata kita ajak dia berbual tentang keburukan diri masing-masing?


Bila kita bercerita tentang baik buruk diri kita ni.. sekurang-kurangnya kita pun sedar banyak juga kekurangan kita.


Tak payah lah cerita semuanya, tapi cuba fikir.. rasanya kalau nak senaraikan pun mesti lebih tiga, lebih dari sepuluh? dua puluh?.. jadi layakkah kita nak bagi senarai keburukan orang, sedangkan senarai keburukan kita sendiri pun dah lebih dari sebakul.


03.Bila yang nak ajak mengumpat tu orang senior dari kita..


tentu payah benar nak buat sesi teguran kan?


Apa kata kalau tak dapat nak elak pun.


Sambil dia lafaz bait-bait mengata tu, kita pula sambung setiap ayat umpatan tu dengan doa.


Doakan sesiapa yang diumpat dengan ikhlas, supaya Seni0r kita tu pun sedar dengan sendirinya. InsyaAllah!


04.Bila terasa sakit hati dengan seseorang hamba Allah tu..


dan terasa nak cari kawan nak buka forum mengumpat, jom ambil wudhu secara Tertib.


Masa nak kumur-kumur tu, bacalah doa. Minta dipelihara lidah ni dari perbuatan yang memberi dosa.. InsyaAllah.


Semoga dengan itu, segala niat buruk tu terbatal sendiri.


05.Kalau kita selalu terlupa tentangNya, apa lagi bila tengah cerita panas atau gosip liar.


Masa ni nak istighfar pun berat sekali nak buat. Apa lagi nak muhasabah diri yang dah rebah kan?


Jadi.. sumbatkan lah telinga anda dengan lagu-lagu atau sebaiknya.. dengar bacaan alQuran ke.. nasyid ke.


Ini lebih baik dari bibir tu mengata hal-hal tepi kain orang.


Sedangkan tepi kain sendiri entah masih elok atau tak.. dah koyak ke.. atau tersangkut kat mana-mana..


Sebab tu kita ada dua telinga.. sebagai perumpamaan kita kena mendengar dua kali dulu sebelum bercakap sesuatu..


06.Bila nak mengata orang tu.. cuba bayangkan kita berada di tempat orang yang dikutuk tu.. agak-agaknya boleh tak jadi seperti Khalifah atau nabi terdahulu..


Bila diumpat, boleh pula beri hadiah.. siap doakan orang tu dirahmati Allah SWT.


Agaknya kita antara golongan yang bila tahu ada orang cakap belakang tentu rasa nak bagi penumbuk sulung pada orang berkenaan, paling tidak pun.. mengutuk dan buat la ayat makian paling pedas untuk dia.


Cuba kita ubah sedikit perspektif pemikiran kita.. bila kita diumpat, tu bermakna ada orang ambil berat,ada orang cuba nak beri ingat.. ada yang nak bagi pendapat.


Supaya dengan Tuhan kita terasa dekat.


Ujian tu taklah seberat kutukan yang nabi pernah terima dahulu kan...


07.Terakhir, minum air banyak-banyak..dimulakan dengan selawat dan bacaan basmallah.


Semoga dengan nikmat air tu, kita akan ringan untuk memujinya.


Banyak lagi tips yang ada.. tapi semuanya bergantung pada niat.


Niat untuk pelihara diri dan jaga ukhwah sesama saudara.


Semoga kita tergolong dalam golongan orang yang bersyukur.. setiap yang bersyukur akan sentiasa ingat yang memberi.


Tiada unsur nak sindir sesiapa cuma sekadar memberi peringatan buat diri sendiri dan pembaca yang sudi baca..

Sunnah : Adab Makan

بسم الله الرحمن الرحيم


Islam adalah agama universal. Agama yang sesuai bagi semua umat manusia di dunia ini, dan sesuai untuk segala zaman. Daripada perkara yang sebesar-besarnya hingga kepada perkara sekecil-kecilnya dalam kehidupan manusia tidak terlepas daripada perhatian Islam. Kesemua itu adalah semata-mata untuk kesejahteraan umatnya. Misalnya makan, ada adabnya yang diajarkan dan dilakukan sendiri oleh Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam yang sewajarya menjadi ikutan kita. Sebuah hadis menyebutkan:



Maknanya: "Umar bin Abi Salamah Radhiallahu Anhu berkata: " Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam mengajarkan, kepada saya: Bacalah Bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu, dan dari yang sedekat-dekatnya kepadamu. " (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).


Daripada hadis tersebut, ada beberapa perkara penting yang ditekankan oleh Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam apabila makan, iaitu mulakan makan dengan membaca Bismillah dan makan dengan tangan kanan. Mengapa mesti demikian'? Sebabnya ialah syaitan akan ikut bersamanya jika makan dengan tangan kiri dan tidak dimulakan dengan Bismillah.


Dalam hadis yang lain dinyatakan bahawa,
Jabir Radhiallallahu Anhu berkata: "Saya telah mendengar Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Apabila seorang masuk ke dalam rumahnya dengan menyebut 'Bismillah' ketika masuk dan ketika makan, maka syaitan berkata kepada temannya: Tiada tempat tinggal dan tiada bagian makanan bagi kamu di sini. " Dan bila masuk tiada menyebut nama Allah, syaitan berkata: "Kamu dapat bermalam di rumah ini, kemudian jika waktu makan tidak menyebut nama Allah, syaitan berkata: Kamu dapat bermalam dan makan di sini".
(Hadis riwayat Muslim)


Dalam hubungan ini apakah yang harus dilakukan bagi orang yang terlupa membaca 'Bismillah' di awal perbuatan? Aisyah Radhiallahu Anha berkata: "Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Jika salah seorang di antara kamu terlupa membaca Bismillah, maka hendaklah membaca:



Sekali imbas mungkin ajaran ini, kelihatannya kecil, tetapi sebenarnya ia mempunyai fadilat dan berkat yang amat besar kepada kita. Perlu diingat bahawa syaitan adalah makhluk halus yang durjana yang sentiasa berusaha mencari jalan bagaimana merosakkan umat manusia, baik yang bersifat fizikal mahupun yang bersifat mental dan spiritual. Salah satu cara bagaimana memasuki benteng pertahanan manusia itu ialah melalui makanan. Melalui jalan ini syaitan akan masuk ke dalam jasad dan rohani manusia, dan daripada jalan ini ia mula mempengaruhi dan merosakkannya dari sudut kekuatan dalaman manusia. Oleh kerana itu, bacalah Bismillah sebelum makan dan gunakanlah tangan kanan.


Source: Al Hadaf Ogos 1997

Monday, 17 January 2011

3 spiritual habits to beat the winter blues!


بسم الله الرحمن الرحيم


The onset of winter can be quite draining and depressing, and the freezing temperatures make it quite common to hear people complaining.Winter arguably is not the most favorite season in the year for anyone, but contrary to popular attitude, Islam has the formula of success in this month. We don’t need to suffer from the ‘winter blues’ because winter is the best time to develop yourself spiritually!
Whilst many of us slow down our activities because of the conditions around us, our past predecessors actually rejoiced at the arrival of winter. It was said by Imam al-Hasan al-Basri (may Allah have mercy on him): “The best season to a believer is the winter, its nights are long for those who wish to pray, and its days are short for those who wish to fast.”
So, here are 3 spiritual tips to beat the winter blues:

1) Perform the night prayers

The first act of devotion we can get into habitually, with the longer nights is to perform the night prayers. There is as much as a gap of 8 hours after Isha so one can pray Tahajjud and sleep or sleep first then wake up early and pray tahajjud. The blessing of winter is that it is our opportunity to ensure we pray tahajjud because we can’t complain that there’s not enough time to sleep. And the best is if we can master praying tahajjud this month for each night it would train us to keep this habit after the winter season as well. (You can use our ProductiveMuslim Habitator to build this habit here!).
Allah says in the Qur’an:
”Lo! the vigil of the night is (a time) when impression is more keen and speech more certain.”

2) Fast the Short Days

The second spiritual tool to combat laziness in the winter blues is by fasting; a space of only 10 hours between Fajr and Maghrib makes it easy alhamdulillah. Iftar is like a late-lunch! We can revive the Sunnah of fasting on Mondays and Thursdays or 3 days a month, or if you’re really brave you can try the fasting of Dawud (David) (Peace be upon him) in which he’d fast one day and eat one day.
The Prophet (peace be upon him) said: “No servant fasts on a day in the path of Allah except that Allah removes the Hell Fire seventy years further away from his face.”[Bukhari and Muslim]

3) Ponder Over the Creation of Allah

Allah says in the Quran:
”Verily in the heavens and the earth are signs for those who believe. And in the creation of yourselves, and the fact that animals are scattered (through the earth), are signs for those of assured faith. And in the alternation of night and day, and that fact that Allah sends down sustenance from the sky, and revives therewith the earth after its death, and in the change of the winds, are signs for those who are wise”. [Surah Al-Jathiyah, Chapter 45 Verses 3-5].
Just take a walk in the midst of the cold, you will find that the sky and the white snow lands are a cause for you to reflect on the Oneness and Greatness of Allah (Subhanahu Wa Ta’ala) as He commands in the Quran. When every leaf falls, you can be reminded of the fact that Allah is Al-Alim (The All-Knowing) for a single leaf doesn’t fall without His Knowledge. And when winter is over and trees and animals come back to life, remember how Allah brings the dead back to life.
So those are just 3 tips to boost our spiritual productivity and keep the cold winds of idleness and inactivity out this winter. May Allah make us of those who increase our good deeds in these blessed days! Ameen